Minggu, 29 Januari 2012

Kehendak untuk mati


Bagaimanakah Nietzsche menilai kematian? Apakah filsafat Nietzsche adalah filsafat yang penuh dengan optimisme? Apakah mungkin kita menemukan pesimisme dalam tesis Nietzsche, kehendak untuk kuasa? Kita mencoba bertanya kepada karang, kepada ombak, dan kepada matahari. Ah, tetapi semua diam, tetapi semua bisu. Kita coba saja jawab sendiri :D
Friederich Nietzsche dalam kitabnya “Zarathustra” pernah menganjurkan agar, “Matilah pada saat yang tepat”. Apakah ini sebuah pertanda bahwa Nietzsche ingin mengakhiri hidup di tangannya sendiri? Apakah ketika Nietzsche merasa waktunya sudah tepat, ia akan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya?
Di tempat yang lain kita mendengar keluh kesah Nietzsche, “Mereka tidak memahamiku! Aku bukanlah mulut bagi telinga mereka!” Apakah hal yang paling menyakitkan selain tersuruk dalam kekelaman sendiri, dan orang lain tidak mengerti?
Mungkin karena itulah suatu kali Nietzsche nampak terlihat murung secara radikal. Di depannya terdapat minuman yang masih belum tersentuh. Dari belakang datang temannya mengagetkan Nietzsche dengan maksud bercanda. Langsung diambilnya minuman Nietzche dan diteguknya.
“Nietzsche, mengapa engkau terlihat murung?” Kata sobatnya
“Aku telah putus asa. Tidak ada yang mampu memahamiku.” Jawab Nietzsche
“Lho, bukankah aku selalu berusaha untuk memahamimu?”
“Oh, itulah yang aku sesalkan. Kini kau tidak bisa lagi untuk memahamiku. Aku sudah putus asa dan ingin bunuh diri. Aku membeli racun dan kutaruh di dalam minumanku. Baru saja mau aku minum tiba-tiba saja kau datang dan meminum habis semuanya………”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar