Senin, 14 November 2011

Dia

Memang aku telah memimpikan banyak laki-laki yang aku sukai. Tapi, hanya ada satu laki-laki yang selalu aku doakan.
Aku mendoakannya ketika aku bangun tidur, ketika aku mengingatnya, dimanapun, kapanpun, bagaimanapun situasinya, dan sampai aku akan tertidur kembali.
Aku selalu mendoakannya. Mendoakan yang terbaik untuknya. Walaupun ia tak pernah tahu..
Dia. Siapa dia itu? Seperti apakah orangnya?  Aku tidak akan memberitahumu tentang siapa dia.
Dia seorang laki-laki dari keluarga yang biasa saja, dan aku menyukai kesederhanaannya itu.
Buatku, dia itu ajaib. Dia bisa membuat aku tersenyum dan tertawa dimana aku sedang tidak dalam mood yang baik.

Aku tidak pernah bisa marah kepadanya...
Marah pun hanya sekedar kesal. Dan itu tidak lama. Untuk tidak menanyakan kabarnya 1hari pun aku tidak bisa.. Dan itu dulu. Ya, dulu. Sekarang sudah tidak lagi.

Aku tidak tahu harus bagaimana. Kadang bayangannya muncul tiba-tiba dan membuat aku rindu. Dan pada saat itu, aku tidak bisa melakukan apa-apa selain berdoa dalam hati. Aku memanggil Tuhan, aku berbicara kepadanya.. Ya Tuhan, aku rindu kepadanya. Sampaikan ya... Dan Tuhan tersenyum mendengar perkataanku itu. Aku percaya Tuhan menyampaikan pesan ini. Walaupun dengan cara tidak langsung, mungkin hanya sekedar melalui kontak batin.
Kalau melihat dia, aku seperti melihat jiwaku sendiri. Aku melihat jiwaku dalam dirinya. Entah mengapa bisa begini, namun ini benar... Jika aku menemukan dia, itu sama hal nya seperti aku menemukan diriku sendiri.

Aku teringat kalau dulu itu indah. Indah sekali. Walaupun aku pernah sakit. Tapi dulu terasa indah.
Aku hanya dapat berbicara pada diriku sendiri. Apakah dia tahu? Apakah dia merasakannya?
Aku, perempuan yang acuh terhadapnya. Aku, perempuan yang hanya bisa menyembunyikan kebahagiaanku ketika aku melihatnya ada.
Kalau ia merasakan hal yang sama, aku sangat-sangat berterimakasih...
Kalau ia tidak merasakan hal yang sama, semoga pada saat nanti, dimana waktunya tepat, ia akan merasakan hal yang sama.

Aku hanya bisa menitipkan perlindunganmu kepada Tuhan. Aku tidak bisa berada di sampingmu (seperti dulu). Aku tidak bisa mengingatkanmu untuk makan (seperti dulu). Aku tidak bisa mengingatkanmu untuk jangan merokok terlalu sering (seperti dulu). Aku... Aku hanya bisa menitipkanmu kepada Tuhan, agar Tuhan senantiasa dapat selalu menjagamu..
Semoga kamu selalu berbahagia. Dimanapun, kapanpun, dan.... dengan siapapun.
Semoga kamu selalu dalam keadaan baik.


Tulisan ini, dari aku... Aku yang dulu pernah ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar