Senin, 14 November 2011

Pohon dan Daun

Kau telah melihat bagaimana sebuah pohon yang sedang menggugurkan daunnya? Indah sekali bukan? Namun, kisah ini sedikit pilu dan terkesan aneh.
Ia pernah membawa saya jatuh ke dalam jurang yang begitu dalam. Dan, ia pernah membawa saya ke negeri di atas awan. Aku pernah terbanting, kadang terasa sakit sedikit, dan pernah terasa sangat sakit sekali. Luka nya masih ada sampai saat ini. Meskipun terlihat samar.
Ia sedang melihat waktu. Menatap waktu dan berpikir mengenai seseorang dari masa lalu nya. Siapakah masa lalu nya itu? Ia seorang putri yang luar biasa. Dan aku? Aku hanyalah seorang wanita biasa yang tidak memiliki paras yang indah. Aku mengakui kelebihannya. Aku hanyalah seorang wanita dengan segala keterbatasan, namun terkadang aku merasa istimewa. Sayang sekali, hanya sewaktu-waktu aku merasa istimewa. Terkadang aku merasa kecil, merasa sangat rendah, sangat buruk. Yang aku tahu, sebenarnya aku tidak boleh merasa seperti itu.
Gemericik hujan. Ya, aku menyukai hujan. Aku menyukai hujan apabila aku sedang berada di rumah. Aku benci hujan kalau aku sedang berkendara. Selalu aku menyumpah-nyumpah dalam hati kalau hujan datang tak tepat waktu. Mengapa tidak memberikan pesan kepadaku? Datangnya tiba-tiba. Sudahlah, aku basah kuyup.
Setiap hujan, aku seperti melihat ia di depanku. Membelakangiku. Entah mengapa bisa seperti itu. Bayangnya selalu datang, dan aku benci pada saat ia datang. Datangnya tiba-tiba. Sudahlah, aku menggelengkan kepala.
Ia orang yang baik juga menyenangkan. Aku anggap ia sebagai seseorang yang ajaib yang pernah datang ke kehidupanku. Mengapa? Karena ia selalu berhasil membuatku tersenyum dan tertawa dimana hati dan pikiranku terasa runyam. Ia seperti penyihir yang mampu meredakan pusaran angin puyuh di dalam hati dan pikiranku.
Namun, ia juga jahat. Dulu ia sering membuatku menangis semalaman untuk memikirkannya. Air mataku banyak terkuras karena ulahnya. Tidak mudah aku untuk menangisi seseorang, apalagi ia adalah seorang lelaki. Aku pantang untuk mengeluarkan air mata. Namun, pada saat aku bersamanya, mudah sekali aku menangis.
Aku menggigit bantal. Kesal. Aku merasa bodoh. Mengapa aku harus bertemu orang macam dia? Mengapa aku pernah menyayanginya? Mengapa aku pernah membutuhkannya? Mengapa aku mudah memaafkannya?
Ia seperti seorang raja namun berkepala piton. Ia seperti menyayangiku dan juga seperti membenciku. Ia seperti memintaku untuk tetap tinggal dan juga seperti menyuruhku pergi. Ia seperti membutuhkanku dan juga seperti mengabaikanku. Ia seperti memohon maaf dan juga seperti tidak ingin di maafkan. Apa aku ini ghaib untuknya? Ia tak sadar akan keberadaanku?
Saat ini. Kembali perasaanku di guncang. Tidak tahu berapa skala richter guncangannya. Yang jelas, aku terkoyak.
Kali ini, bayangannya muncul sebelum aku tidur, setelah aku bangun tidur, dan pada saat aku terdiam dan tidak melakukan apa-apa. Ia hadir. Masih teringat senyumnya, kelakuan anehnya, candanya, kelakuan konyolnya, apa kelebihan dan kekurangannya, dan tiba-tiba aku teringat janji. Janji yang pernah terukir dan kini hilang terbawa angin.
Apa bayanganku juga muncul tiba-tiba di kehidupannya? Apa bayanganku juga muncul sebelum ia tidur dan setelah ia bangun tidur? Apa ia juga sempat memimpikan aku? Apa ia juga merasakan dan memikirkan hal yang sama denganku?
Sungguh, ini misteri. Aku tahu, aku pernah jatuh sangat sakit dan sangat dalam karenanya. Dan aku tahu, aku pernah menangis karenanya. Tapi, kenapa Tuhan mengirimkan bayangannya? Tuhan tahu aku pernah sakit hati. Malah karena Tuhan merasa iba melihatku sering menangis karenanya, ia memisahkan aku dengannya. Tapi kenapa kali ini ia mengirim bayangannya kembali?
Mengapa Tuhan mengirimkan bayangannya kembali.....kepadaku?
Aku sangat tidak suka mengingat sesuatu hal yang sangat tidak ingin aku ingat lagi. Rasanya aku ingin bagian otak yang berfungsi sebagai penyimpan cerita masa lalu ini ku buang. Terutama tentangnya. Tentangnya yang saat ini aku tidak tahu bagaimana kabarnya dan sama sekali aku pun tak ingin mengetahui tentangnya.
Sekarang ini, aku merasa dunia tidak adil untukku. Untuk apa aku memikirkan seseorang yang belum tentu ia juga memikirkan aku? Ia memikirkan orang lain, bukan aku. Aku adalah daun yang telah gugur dari sebuah pohon dan hanyut ke dalam sungai. Tempat asalku, pohon, ia hanya diam tidak berkutik. Apakah pohon akan menggugurkan seluruh daunnya? Atau ia tetap diam dan menunggu seseorang datang menghampirinya dengan maksud baik? Hal itu justru berbalik. Dugaan pohon ternyata salah. Seseorang yang menghampirinya tidak bermaksud baik. Seseorang itu tidak merawatnya, seseorang itu menebangnya. Lalu pohon itu patah. Dan aku? Aku masih hanyut terbawa aliran sungai dan tidak tahu kapan dan dimana aku akan bermuara. Aku lah daun yang telah hanyut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar